CInta, Kata, dan Makna
23.42.00
Cinta, kata dan makna
Aku bukan anak malam dari manusia yang terbuang.
Darahku masih menghitam. Meski putih telah
dituangkan.
Kata, tak lagi bermakna didalam jiwa.
Ia masih mempermainkan sanubari.
Cinta. Mengapa kau begitu indah?
Seakan tak ada lagi selain ia.
Akupun tak sanggup lagi berhadapan dengannya.
Lidahku kelu.
Maafkan aku pernah menyakiti dirimu dan tak bisa
lagi kau memaafkan aku.
Ya, kau sudah bersamanya dan aku disini sendiri
merenungi nasib mengapa kau pergi.
Terima kasih pernah menjadikan aku sebagai
lelakimu.
Apa yang lebih indah dari puisi? Sepertinya tidak ada. Terlebih bagi
seorang pecinta sastra dan seni.
Puisi bagiku adalah ungkapan jiwa dari sang penyair. Sesuatu yang keluar
begitu saja dari batin sang penyair sebagai penulis puisi tersebut. Padat,
jelas, penuh makna dan lebih singkat dari prosa.
Aku tak tahu, apakah ini disepakati oleh ahli sastra, tapi itulah yang
kutahu.
Aku pecinta sastra. Aku menyukai sesuatu yang jujur keluar dari dalam jiwa
seorang penulis. Entah itu novel, cerpen, atau puisi. Pun, kritik sastra.
Meski, untuk buku kritik sastra, aku belum punya. Tapi sedikit banyak aku tahu kritikus
sastra. Terutama di jaman sebelum tahun 2000 – an. Sebut saja HB Jassin.
Julukannya adalah Paus Sastra karena ialah satu – satunya kritikus sastra
paling terkenal di indonesia. Bagi seorang sastrawan di jaman ia masih hidup,
tidak afdhol rasanya jika karya seorang sastrawan tidak dikritik olehnya. Pun,
ia mempunyai PDS (Pusat Dokumentasi Sastra, red) untuk mendokumentasikan karya
sastra yang terbit di Indonesia. Sesuatu yang sangat jarang dilakukan oleh
seorang sastrawan. Kabarnya, PDS tersebut di subsidi oleh pemerintah sebagai
penghargaan dari pemerintah. Tapi yang menyedihkan – ini masih harus
dikonfirmasi dari orang PDS sendiri – kabarnya, subsidi tempat tersebut semakin
lama semakin turun. Entah apa penyebabnya. Sesuatu yang menyedihkan. Padahal ia
mempunyai jasa yang teramat besar bagi perkembangan sastra. Terutama kritik
sastra. Karena ketekunannya dalam menulis kritik sastra, ia sempat mendapat
predikat Paus Sastra Indonesia. Menurut
Wikipedia, karya kritik sastra yang ia kembangkan bersifat kreatif – edukatif dan
lebih mementingkan kepekaan dan perasaan ketimbang teori ilmiah sastra.
Betapa besarnya sumbangsih yang ia berikan dalam dunia kritik sastra. Sampai
– sampai, menurutku, tak ada lagi kritikus sastra Indonesia yang mampu
menyaingi dirinya.
0 komentar
tinggalkan jejak dibawah ini
PS:
sekiranya ingin menambah tali silaturrahim, silahkan follow twitter saya di @RealRiMuTho