Cinta?
08.26.00
Aku pernah
mencintai seorang gadis. Parasnya manis. Wajahnya tidak terlalu cantik tapi
menarik dan ketika bepergian, selalu berhias secara standar. Tidak berlebihan
namun tetap memancarkan aura magis
yang membuat lelaki yang sedang berdekatan dengannya tidak akan mau beranjak
dari tempatnya duduk. Tutur katanyapun lembut. Mungkin karena ia keturunan Jawa
yang selalu dilatih oleh keluarganya untuk selalu berkata lembut.
Pertama kali aku
jatuh cinta kepadaya sewaktu aku ingin menjenguk kakak anggota UKM tempatku
kuliah di rumah sakit dekat kampus. Kuajak dia berboncengan denganku karena dia
tidak mempunyai motor. Dengan alasan tidak perlu mengeluarkan uang untuk pergi
ke sana dan tentunya bisa lebih hemat jadinya. Sepulangnya dari sanapun aku
tetap mengantarnya hingga pasar Pondok Labu. Lebih tepatnya memaksa. Karena
ketika itu dia menolak. Niatku sebenarnya mengantarnya sampai rumah namun dia
menolak.
Wallahi. Aku masih mengingat dengan jelas sekali waktu pertama kali jatuh cinta
dengannya. Meski itu bukan pada pandangan pertama karena kami sudah saling
mengenal sekitar setahunan. Mungkin
karena jarang bertemu waktu itu membuatku belum menemukan sesuatu pada dirinya.
Sayang, kami
tidak ditakdirkan Allah untuk bersatu dalam ikatan suci yang bernama
pernikahan. Dia lebih memilih menikah dengan orang lain. Entah darimana dia
mengenal laki – laki tersebut. Ah, aku juga tidak perduli dengannya.
Aku memang tidak
pernah mengatakan secara langsung bahwa aku mencintainya. Namun insya Allah dia
tahu bahwa aku mencintainya. Sekali waktu, ketika rindu tidak bisa ditahan, aku
mengatakan kepada sahabat perempuannya bahwa aku merindukannya. Bahkan pernah
menangis karena tidak mampu menahan rindu. Semoga sahabat perempuannya itu menyampaikan
rasa rinduku agar dia tahu bahwa ada seorang pria yang mencintainya.
Ya, aku tidak
secara terang – terangan mengatakan aku cinta padanya karena waktu itu aku
mempunyai pikiran jika aku memang mencintainya karena Allah, akan aku katakan
di depan orang tuanya secara langsung. Yang artinya, aku harus meminangnya.
Hanya saja,
memang, Allah tidak mentakdirkan aku berjodoh dengannya. Mengarungi bahtera
rumah tangga bersama. Menghadapi tantangan hidup berdua. Aku coba husnudzzon kepadaNya bahwa memang inilah
yang terbaik untuk kami. Pasti ada kebaikan didalam takdir yang sudah Allah
tetapkan. Meski, tidak mudah untuk menerimanya. Butuh perjuangan untuk
menenangkan hati yang terlanjur luka. Dan juga, meski aku belum benar – benar merasa
mendapatkan hikmah dari yang kualami sekarang ini, aku coba belajar untuk tidak
mudah jatuh hati pada seorang perempuan. Aku coba menjaga hati ini agar tidak
lagi tertipu oleh harapan palsu.
Apakah dia memberikan harapan palsu?
Menurutku tidak.
Memang akunya saja yang bodoh. Tidak berani meminangnya. Hanya mampu menikmati
kecantikan dan kehalusan budi dari jauh. Tidak berani ambil resiko untuk membeli kecantikan, kesholihahan dan
kehalusan budi yang melekat pada dirinya dengan akad. Pada saat itu aku mencari
– cari alasan bahwa aku belum mempunyai pekerjaan tetap. Belum bisa memberi nafkah
secara lahir. Juga belum bisa memberi mahar yang layak untuknya ketika walimah
nanti. Dalam pikiranku, aku harus bisa memberikan mahar yang layak untuk
meminang seorang gadis.
Intinya, aku
pengecut.
Sekarang ini, aku
coba untuk mencari kesibukan dengan cara mencari berbagai kegiatan agar aku
tidak larut dengan kesedihan yang mendalam itu. Mencari – cari kegiatan
positif. Entah jadi relawan sosial. Ikut komunitas blogging. Atau sekedar menyalurkan hobi. Yaitu lari.
Aku suka lari.
Dulu, sewaktu aku SD, aku dijuluki Roberto Carlos oleh teman – temanku.
Dikarenakan lariku yang sangat cepat. Kebetulan juga aku, ketika aku bermain
bola wakti itu, aku selalu memilih untuk jadi bek kiri. Membayangkan aku adalah
Roberto Carlos. Sayang, kecepatan lariku tidak dibarengi dengan kuatnya
tendanganku. Seperti Roberto Carlos plek
– plekkan.
***
Cinta. Entah kenapa
membuat pelakunya seakan lupa hasil dari satu tambah satu. Hanya satu yang
harus ia lakukan: membuat yang dicintainya bahagia. Itu saja. Entah itu sampai mengorbankan
masa depan. Tak masalah.
***
Kata orang,
perempuan dalam menimbang masalah itu lebih kepada perasaan. Sedangkan laki –
laki lebih memakai logika. Benarkah? Aku tidak mampu menjawabnya karena aku
tidak tahu kebenarannya. Hanya dengar – dengar saja. Tapi mungkin ada benarnya.
Karena, ketika pria dan wanita terlibat dalam suatu konflik. Terucap sedikit
kata kasar atau nada suara lebih tinggi dari biasanya dari seorang pria ke
wanita. Sang wanita akan cenderung diam
dan terluka batinnya. Maka yang akan terjadi selanjutnya adalah menangis. Sedangkan
jika sebaliknya, maka pria akan cenderung melakuka hal yang lebih dari yang dilakukan sang wanita. Jika
sang wanita membentak, maka pria akan lebih keras lagi dalam berkata.
Sekali lagi, itu
hanya pendapatku semata. Entah benar atau tidak. Semoga saja tidak. Atau kalaupun
benar, tidak sepenuhnya.
Sebab jika kata –
kata tersebut ditempelkan pada
kasusku, maka akan timbul pertanyaan, “kenapa aku malah sebaliknya?”
Ah, entah. Jangan
terlalu dipikirkan juga.
Pada intinya
untuk saat ini aku harus benar – benar fokus dalam meraih apa yang sudah
kuimpikan sejak lama. Dengan segenap kekuatan yang dipunya. Tentu sambil merayu Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan cara
mentaati apa yang Dia perintahkan dan menjauhi yang dilarangNya. Memang, belum
sepenuhnya aku taat. Tapi akan kulakukan sekuat tenaga untuk taat kepadaNya. Tidak
boleh lagi melenceng. Dalam arti, aku
harus benar – benar fokus dalam merealisasikan mimpi. Juga, tidak boleh
terpengaruh oleh perkataan orang lain tentang diriku, apa yang sedang kulakukan
dan tentang cita – citaku.
Jujur saja,
kemarin – kemarin, aku sangat terpengaruh oleh perkataan orang lain tentang
diriku. Yang menyebabkan aku jadi seperti sekarang ini. Tidak jadi apa – apa. Dan
tidak memana – mana. Malah jadi beban.
Aku tidak boleh
lagi seperti ini. Aku harus bangkit dari keterpurukan.
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Semoga Allah
mengabulkan apa yang jadi impianku. Amin.
0 komentar
tinggalkan jejak dibawah ini
PS:
sekiranya ingin menambah tali silaturrahim, silahkan follow twitter saya di @RealRiMuTho