Jawaban Untuk Postingan Tanggal 19

06.58.00

Aku tidak pernah berniat membuat tulisan ilmiah di blog ini. Niatku menulis di blog ini hanya sekedar mencoba menyampaikan apa yang kupikirkan kepada pembaca dengan harapan semoga pembaca dapat manfaat dari tulisan ini. Juga sebagai latihan untuk menyampaikan pendapat. Begitu pula yang kuposting di facebook pribadi. Makanya, kuposting setiap hari sekali.
Memang, kadang, setiap postingan yang kutulis di blog dan facebook tidak sesuai yang diharapkan. Inginnya mendapat A. Tapi yang didapat malah B. Ingin dikomentari C malah dapatnya D. Namun setidaknya aku sudah berani menyampaikan pendapat. Bagiku, keberanian tersebut sudah merupakan prestasi. Walau, harus diakui, terdapat bagian – bagian yang mesti diperbaiki agar hasil yang didapat jadi lebih baik lagi ke depannya.
Kalau boleh jujur, kadang aku merasa takut untuk posting sesuatu di facebook atau blog. Itulah kadang yang membuat aku berfikir lebih dari sekali untuk posting sesuatu. Tapi kalau dipendam sendiri, membuat kepalaku jadi pusing sendiri. Pernah, kan kalian melihat sesuatu yang tidak seperti yang dipikirkan dan kalian takut menyampaikannya. Membuat kalian jadi menyesal sendiri. Dan berkata, “kenapa gue gak menyampaikan pendapat gue, ya?”
Khusus untuk diriku, kalau aku tidak menyampaikan pendapat, otakku akan terus memikirkan hal tersebut dengan sendirinya. Ketimbang jadi stres, lebih baik disampaikan. Meski hasilnya negatif. Setidaknya mereka tahu pendapatku tentang sesuatu.
Minatku tentang dunia pemikiran sangatlah besar. Meski kadang ada bagian – bagian yang tidak kumengerti dikarenakan keterbatasan akses untuk mendapatkan ilmu tersebut. Terlebih aku belajar secara otodidak. Bukan belajar secara akademis. Hanya baca – baca dari berbagai artikel yang berserakan di internet dan terkadang membeli buku. By the way, aku mewajibkan diri sendiri untuk membaca buku minimal sepuluh halaman setiap hari dengan harapan semoga tulisanku jadi lebih bertenaga.
Kebanyakan artikel – artikel yang kubaca itu dari Hidayatullah.com, inpas.com, akun Facebook – ustadz – Adian Husaini, kadang juga Imam Shamsi Ali – yang terakhir disebutkan sudah jarang aku baca karena jarang dapat update – an terbarunya mengenai pemikiran.
Di akun facebook Adian Husaini, kadang aku juga mendapatkan artikel – artikel bergizi dari Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi dan Dr. Syamsuddin Arif.
Dari yang disebutkan itulah terbentuk cara berfikirku ini.

Kritik
Sebenarnya maksud dari tulisanku diatas adalah mengenai postinganku di Facebook tanggal 19 kemarin. Banyak komentar negatif yang muncul disana. Sengaja kumatikan notifikasi pemberitahuannya agar aku tidak terlalu memikirkan komentar mereka yang membuat seluruh waktuku jadi terbuang sia – sia. Biar saja mereka komentar semaunya. Terserah. Jika sudah gerah juga akan kublokir akun facebooknya. Untuk sementara, sebagian dari mereka aku hilangkan notifikasinya agar ketika memposting sesuatu, postingannya tidak muncul diberanda facebookku. Biar tidak sakit mata.
Membaca komentar mereka aku jadi berfikir, wajarkah mengkritik seseorang – dalam hal ini presiden sebagai pemimpin negara? Jika tidak boleh dan termasuk haram, bertambahlah pertanyaanku. Apa pandangan mereka tentang Fahri Hamzah yang sangat vokal dalam melihat ketidakberesan dalam mengurus negara? Fadli Zon, Amien Rais – ketika beliau mengkritik presiden dan dijawab oleh Luhut Binsar Pandjaitan dengan ancaman akan dibuka boroknya. Itu baru politisi. Belum lagi masyarakat awam yang sangat geram dengan kekurangan presiden – sebutlah ustadz Hilmi Firdausi yang sangat kritis hingga panen haters di media sosialnya.
Pantaskah kritikan mereka dijawab, “kalau lu gak puas sama kinerja presiden, mending lu pergi saja dari Indonesia?” Berapa banyak orang yang mesti enyah dari Indonesia jika jawabannya seperti itu?
Ada juga yang menjawab, “lu kalau berada di posisi yang lu kritik juga belum tentu kinerja lu setara atau lebih baik dari yang lu kritik.”
Justru sebenarnya kita sedang membantu presiden untuk lebih jeli lagi dalam melihat permasalahan. Terutama hutang yang kabarnya mencapai Rp. 7.000 trilyun rupiah menurut INDEF. Belum lagi invasi tenaga kerja dari luar Indonesia yang sangat dipermudah untuk mencari pekerjaan disini yang berakibat semakin bertambahnya pengangguran. Terus juga semakin dipermudah ijin tenaga kerja asing untuk bekerja di Indonesia. Dan lain sebagainya. Apakah ini harus dibiarkan? Tentu tidak. Para pemangku kepentingan, sebagai orang yang berwenang dalam mengatur pemerintahan, harusnya bersikap lebih bijak lagi dalam menanggapi kritikan. Jangan malah orangnya dituduh macam – macam dan diancam dibuka boroknya. Itu namanya antikritik. Jika demikian, maka kita akan masuk kedalam orde baru yang cara berfikirnya diatur oleh pemerintah. Jawab saja dengan data atau bantah jika kritikan tersebut tidak benar. Atau diamkan. Menurutku itu lebih baik.
Tentu yang mengkritik tidak boleh asal kritik – dalam bahasa Betawi disebut njeplak. Ia juga harus berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan. Bukan sekedar asumsi.
Apakah yang kushare kemarin itu asal njeplak? Kukatakan tidak. Tidak sama sekali. Itu nyata senyata – nyatanya. Senyata bahwa aku adalah manusia dan berjenis kelamin laki – laki. Atau Bambang Pamungkas itu seorang pemain bola.
Lalu, wajarkah jika seorang presiden tidak mau mengakui kekurangannya – dalam kasus tentang bahasa inggris? Belum lagi yang lainnya – ah, terlalu banyak jika disebutkan. Kalau aku jadi beliau, aku akan minta bantuan penerjemah untuk menyampaikan maksud dari si penanya. Yang penting pesannya tersampaikan. Apakah hina jika kita mengakui kekurangan diri sendiri?
Tentu tidak. Malah kita jadi lebih paham akan kekurangan diri. Tentu setelah itu harus belajar untuk memperbaiki kekurangan diri.
Sebagai penutup, aku berharap semoga di tahun 2019 nanti kita mendapat presiden yang mampu menaikkan harga diri warganya. Punya gagasan yang bagus untuk Indonesia. Bisa mengurangi beban hutang yang katanya mencapai Rp. 7.000 trilyun itu. Mampu menjadi pemecah masalah – bukan malah jadi sumber masalah. Tidak mengandalkan hutang untuk pembangunan negara hingga lupa cara untuk membayarnya. Dan lain sebagainya
Untuk sekarang, sebagai warga negara yang baik, akuilah bahwa kita mempunyai presiden seperti sekarang ini.
Wallahu a’lam bisshowab.

  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

tinggalkan jejak dibawah ini
PS:
sekiranya ingin menambah tali silaturrahim, silahkan follow twitter saya di @RealRiMuTho